Wednesday 2 January 2013

Jadilah Tempat Sampah

Manusia adalah makhluk sosial. Manusia tidak bisa hidup tanpa manusia lain. Kebetulan aku adalah manusia.

Sering di dalam kehidupan sehari-hari ada teman yang datang kepada kita, mencurahkan segala isi kepalanya yang dikenal dengan nama curhat. Kebanyakan juga curhatan dari teman adalah sebuah, dua buah, tiga buah, atau pun lebih masalah.

Karena pada dasarnya orang akan merasa beban masalahnya lebih ringan saat dia mencurahkan masalahnya kepada orang lain, dan bahkan membagi masalahnya.

Begitu juga aku, terkadang ada teman atau yang lebih dekat, sahabat, datang kepadaku. Dengan muka yang ditekuk-tekuk padahal bukan origami. Dengan muka yang kusut padahal bukan cucian baru kering.

Ada yang menceritakan masalahnya dengan nada biasa saja, ada juga yang menceritakannya dengan diiringi tangisannya. Nah, saat itulah perasaan trenyuh menggelayuti diriku. Iba, ingin rasanya membantu meringankan beban masalahnya. Klise.

Menjadi tempat curhat dari sahabat adalah sebuah penghargaan bagiku. Berarti dia memiliki keyakinan bahwa aku adalah orang yang sanggup dipercaya. Sanggup menyimpan kisah yang mungkin tidak ingin diketahui oleh orang orang lain selain aku.

Saat menjadi tempat curhat tentu saja aku juga secara tidak langsung diminta untuk memberikan sebuah solusi untuk permasalahannya. Paling tidak sebuah tanggapan atau komentar. Tanggapan sebagai pembuktian bahwa aku telah mendengarkan keseluruhan dari permasalahannya.

Tetapi terkadang aku juga harus ikut ke dalam permasalahan tersebut. Dapat diibaratkan temanku sedang tenggelam di sungai yang arusnya berontak dan siap untuk menghanyutkan siapa saja, bahkan seekor gajah Afrika pun sanggup hanyut olehnya. Maka aku harus terjun untuk menyelamatkannya.

Terjun begitu saja? Tentu saja tidak.

Aku terjun ke arus sungai yang dahsyat tersebut membawa dua pelampung, satu untukku, dan satu lagi untuk temanku. Atau paling tidak satu pelampung untukku. Mungkin saja satu pelampung cukup, atau kalau-kalau aku tidak bisa menjadi penyelamat nyawanya, kemungkinan aku masih akan tetap selamat dari dahsyatnya terjangan arus sungai. Kemudian berenang ke tepian untuk menghindari arus sungai yang deras tersebut. Berpikir realistis.

Permasalahan dari orang lain maupun diri sendiri adalah sampah. Maka jadilah sebuah tempat sampah. Tempat sampah yang tanpa dasar, maka tidak akan pernah terpenuhi oleh sampah yang dibuang ke dalamnya.