Ambilkan bulan, Bu
Ambilkan bulan, Bu
Yang selalu bersinar di langit
Di langit bulan bersinar
Cahayanya sampai ke bintang
Ambilkan bulan, Bu
Ambilkan bulan, Bu
..........
Coba perhatikan lirik lagu "Ambilkan Bulan, Bu" yang, mungkin, sering kita nyanyikan saat masih kecil. Renungkan. Di dalam lirik lagu tersebut menggambarkan seorang anak yang menyuruh ibunya untuk mengambilkan bulan untuknya. Bayangkan, si anak nyuruh ibunya buat ngambil bulan. Nyusahin banget si anak, kan?
Sadar, sedari kecil kita sebagai seorang anak selalu merepotkan sang ibu. Service ibu selalu ada untuk kita, sejak terbitnya mata kita sampai terbenamnya mata kita. Selalu ada buat kita dalam keadaan apapun. Apakah ibu mengharapkan feedback dari semua yang telah dia berikan kepada kita? Tidak. Semua ibu, menurutku, hanya ingin melihat anaknya bahagia. Itu sudah sangat cukup. Kalimat ini adalah yang sering terucap oleh ibu kepadaku.
Kangen ibu.
Untuk saat ini aku dan ibu terpisahkan oleh jarak. Walaupun seminggu sekali mudik pulang ke rumah, kadang dua minggu, dan bahkan satu bulan. Ibuku itu orangnya ngejengkelin, suka ngangenin. Kangen masakannya, kangen cerewetnya dia kalau aku lagi nyupir. Ibuku ini adalah co-driver paling cerewet sedunia. Untung si juara WRC Sebastian Loeb nggak ngerekrut ibuku sebagai co-driver-nya. Kalau sampai iya, juara duniapun hanya jadi angan-angannya. Bagaimana nggak, cerewetnya ibuku ini sanggup memecahkan konsentrasi si supir.
Tapi terkadang kalau seminggu ataupun sebulan nggak dengar kecerewetan ibu bikin kangen juga. Percaya nggak percaya, kecerewetan ibu saat aku nyupir malah bikin ngantuk hilang. Nggak perlu minuman energi apa lah yang katanya bikin mata melek, cukup buka telinga mendengar komentar ibuku. Sometimes, I miss this disturbing moment.
Bersyukur sampai saat ini kedua orang tuaku masih hidup. Walaupun ini klise, sebagai seorang anak aku ingin membahagiakan kedua orang tuaku. Ku pikir selama ini hanya masalah yang selalu aku berikan kepada mereka. Dari segala masalah yang terakumulasi itu, orang tua tetap mau menganggap kita sebagai anak, dan tentu saja masih sayang.
Sayang saat ini di sampingku lagi nggak ada ibu, besok lah kalau mudik aku bakal meluk dia sepuasnya. Kalau sekarang di sampingmu ada ibumu, peluklah dia, peluklah dengan erat, beri sedikit kelonggaran untuknya bernapas. Peluklah dengan sepenuh hati seakan itu adalah pelukan terakhir darimu yang tak akan pernah kamu sia-siakan lagi. Kemudian bisikan padanya, "I love You, Mom!"
Kangen ibu.
Untuk saat ini aku dan ibu terpisahkan oleh jarak. Walaupun seminggu sekali mudik pulang ke rumah, kadang dua minggu, dan bahkan satu bulan. Ibuku itu orangnya ngejengkelin, suka ngangenin. Kangen masakannya, kangen cerewetnya dia kalau aku lagi nyupir. Ibuku ini adalah co-driver paling cerewet sedunia. Untung si juara WRC Sebastian Loeb nggak ngerekrut ibuku sebagai co-driver-nya. Kalau sampai iya, juara duniapun hanya jadi angan-angannya. Bagaimana nggak, cerewetnya ibuku ini sanggup memecahkan konsentrasi si supir.
"Awas di depan ada becak, rem!" Padahal becak masih jauh di depan sana.
"Awas orang mau nyebrang, rem!" Ini padahal orangnya yang mau nyeberang jalan juga masih jauh... banget.
"Belok, awas belok!" Tiap mau belok ini semacam suara bot automatic ibuku.
"Itu motor rusak masih aja dipake!" Komentar ibuku kalau ada motor berknalpot wor.
"Parkirnya di depan mobil item aja mas. Depan! Depan!"
"Ya iyalah, mam. Masak di atas mobilnya. Ntar dimarahi yang punya. Susah nuruninnya."Dan tentu saja masih banyak lagi.
Tapi terkadang kalau seminggu ataupun sebulan nggak dengar kecerewetan ibu bikin kangen juga. Percaya nggak percaya, kecerewetan ibu saat aku nyupir malah bikin ngantuk hilang. Nggak perlu minuman energi apa lah yang katanya bikin mata melek, cukup buka telinga mendengar komentar ibuku. Sometimes, I miss this disturbing moment.
Bersyukur sampai saat ini kedua orang tuaku masih hidup. Walaupun ini klise, sebagai seorang anak aku ingin membahagiakan kedua orang tuaku. Ku pikir selama ini hanya masalah yang selalu aku berikan kepada mereka. Dari segala masalah yang terakumulasi itu, orang tua tetap mau menganggap kita sebagai anak, dan tentu saja masih sayang.
Sayang saat ini di sampingku lagi nggak ada ibu, besok lah kalau mudik aku bakal meluk dia sepuasnya. Kalau sekarang di sampingmu ada ibumu, peluklah dia, peluklah dengan erat, beri sedikit kelonggaran untuknya bernapas. Peluklah dengan sepenuh hati seakan itu adalah pelukan terakhir darimu yang tak akan pernah kamu sia-siakan lagi. Kemudian bisikan padanya, "I love You, Mom!"
Walaupun telat, Selamat Hari Ibu. :)