Cinta.
Ibn Al-Qayyim, seorang ‘alim dan pujangga cinta, berusaha keras
menerjemahkan satu rasa ini dalam berbagai derivasinya, ia bertutur;
Mahabbah (cinta), boleh jadi bermakna shafa’ (jernih putih), atau
mendidihnya hati tatkala menguat rasa pada objek yang dicinta, atau
terpautnya jiwa pada sesuatu yang disuka, atau inti dan benih dari
sesuatu yang menumbuhkan dan tak menampung selain objek yang tumbuh di
atasnya.
Semua pendapat mengenai pengertian cinta tidak ada yang salah. Mana
kala ada orang menyalahkan pendapat orang lain mengenai pengertian cinta
berdasarkan pribadinya masing-masing, maka dia belum paham betul cinta.
Cinta itu relatif, setiap kepala punya pengertiannya tersendiri.
Termasuk pengertian cinta yang membuat orang lain terheran mengernyitkan
dahinya. Tidak ada “pakem”nya. Tidak ada konstitusinya.
Jadi, CINTA adalah……… (Pengertianmu masing-masing, tidak ada yang salah dan berhak untuk menyalahkan)